Beranda | Artikel
Kenapa Terjadi Pengalihan Kiblat Dari Baitul Maqdis Ke Kabah
Senin, 24 Oktober 2016

KENAPA TERJADI PENGALIHAN KIBLAT DARI BAITUL MAQDIS KE KA’BAH

Pertanyaan
Saya ingin mengetahui kenapa umat Islam dahulu shalat menghadap Baitul Maqdis dan kenapa dirubah ke arah Ka’bah? Terima kasih

Jawaban
Alhamdulillah.

Ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam datang dari Mekah ke Madinah, dahulu shalat menghadap ke Baitul Maqdis. Selama enam –atau tujuh- belas bulan. Sebagaimana yang ada dalam dua kitab shahih dari hadits Bara’ bin ‘Azib Radhiallahu anhuma berkata,

 صلّى النبي صلى الله لعيه وسلم  إلى بَيْتِ المَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا، أوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا، وكانَ يُعْجِبُهُ أنْ تَكُونَ قِبْلَتُهُ قِبَلَ البَيْتِ

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas bulan, dimana beliau menyukai kiblatnya ke Baitullah.

Kemudian setelah itu diperintahkan oleh Allah menghadap Ka’bah (Baitul Haram) hal itu sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:

فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ

Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya” [Al-Baqarah/7:144].

Sementara pertanyaan tentang hikmah hal itu, sebelum menjawab hal itu. Harus diingatkan berikut ini:

Pertama : Kami sebagai umat Islam, ketika datang perintah Allah kepada kami, maka kami wajib menerima dan berserah diri kepada-Nya –meskipun belum kelihatan hikmahnya kepada kami- sebagaimana firman Ta’ala:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka” [Al-Ahzab/33: 36]

Kedua : Sesungghunya Allah tidak membuat suatu hukum kecuali adanya hikmah yang agung –meskipun kita belum mengetahuinya- sebagaimana firman Allah Ta’ala:

ذٰلِكُمْ حُكْمُ اللّٰهِ ۗيَحْكُمُ بَيْنَكُمْۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [Al-Mumtahanah/60:10]

Dan ayat-ayat lainnya.

Ketiga : Sesungguhnya Allah Subhahu wa Ta’ala tidak menghapus suatu hukum melainkan mendatangkan yang lebih baik darinya atau semisalnya. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:

مَا نَنْسَخْ مِنْ اٰيَةٍ اَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَآ اَوْ مِثْلِهَا ۗ اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?” [Al-Baqarah/2:106].

Ketika telah jelas bagi anda hal itu, maka perubahan Kiblat mempunyai hikmah diantaranya:

  1. Ujian dan cobaan seorang mukmin yang jujur. Orang mukmin menerima hukum Allah Azza wa Jalla, berbeda dengan lainnya. Allah Ta’ala telah memeperingatkan hal itu dalam firman-Nya:

وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗ

Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah.”[Al-Baqarah/2:143]

  1. Umat ini adalah umat terbaik sebagaimana firman Allah Ta’ala:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” [Ali Imran/3: 110]

 Allah juga berfirman disela-sela ayat Kiblat :

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan.” [Al-Baqarah/2:143].

Kata ‘Al-Wasath’ adalah adil pilihan. Allah azza wajalah memilih umat pilihan ini dalam segala sesuatu. Yang terbaik dalam segala hukum dan perkara. Diantaranya hal itu adalah kiblat. Maka dipilihkan bagi mereka kiblatnya Ibrohim alaihis salam. Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya (6/134-135) dari hadits Aisyah sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang ahli kitab (Yahudi dan Nasrani):

إِنَّهُمْ لَا يَحْسُدُونَا عَلَى شَيْءٍ كَمَا يَحْسُدُونَا عَلَى يَوْمِ الْجُمُعَةِ الَّتِي هَدَانَا اللَّهُ لَهَا وَضَلُّوا عَنْهَا، وَعَلَى الْقِبْلَةِ الَّتِي هَدَانَا اللَّهُ لَهَا وَضَلُّوا عَنْهَا، وَعَلَى قَوْلِنَا خَلْفَ الْإِمَامِ آمِينَ

Mereka tidak dengki kepada kita terhadap sesuatu sebagaimana mereka dengkinya kepada kita terhadap hari Jumah. Dimana Allah telah memberikan petunjuk terhadapnya dan menyesatkan mereka. Dan terhadap kiblat yang Allah telah memberikan petunjuk kepada kita dan menyesatkan mereka. Dan terhadap doa kita di belakang Imam amin (ya Allah Kabulkanlah).

Untuk tambahan informasi sekitar masalah, silahkan merujuk ke kitab ‘Badai’ul Fawaid karangan Ibnu Qoyim rahimahullah, (4/157-174)

Wallahu ‘alam.

Refrensi: Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid

Disalin dari islamqa


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/5913-kenapa-terjadi-pengalihan-kiblat-dari-baitul-maqdis-ke-kabah.html